Bogor – Pada tanggal 16–18 November 2021, Bagian Manajemen Risiko Biro TREM UI mengadakan Workshop dan Focus Group Discussion (FGD) Asesmen Risiko Kontrak Kinerja Tahun 2022 yang diselenggarakan di Bigland Hotel, Bogor.
Sesi 1: 16 November 2021
Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., selaku Sekretaris Universitas yang menjelaskan terkait pentingnya asesmen manajemen risiko. Selanjutnya sambutan disampaikan oleh Vishnu Juwono S.E, M.I.A., Ph.D selaku Kepala Biro TREM. Melalui sesi ini juga, penghargaan kepada beberapa unit kerja dan fakultas yang telah menerapkan manajemen risiko dengan baik turut diberikan. Adapun agenda ini dilanjutkan dengan sharing Professional Experience on Risk Management oleh Dr. Darmin Nasution selaku Ketua Komite Risiko UI yang juga merupakan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia. Menurut beliau, manajemen risiko menjadi aspek yang penting di pemerintahan, terutama dengan adanya penerapan manajemen. Dalam lingkup pendidikan, dengan adanya manejemen risiko, universitas mampu membuat adanya standardisasi dalam pelaksanaan good governance.
Materi dilanjutkan dengan Sharing Asesmen Risiko Kotrak Kinerja Tahun 2022 oleh Nyoto Asgard, S.E., M.Si., ERMAP selaku Kepala Bagian Manajemen Risiko, yang menjelaskan bahwa risiko adalah ketidakpastian yang dapat berdampak pada pencapaian sasaran. Ketidakpastian ini akan menimbulkan dampak yang dapat bersifat positif maupun negatif. Manajemen risiko mencakup proses identifikasi, analisis dan evaluasi risiko, ERM penanganan risiko, dan pelaporan, serta pemantauan risiko.
Sesi 2: 16 November 2021
Agenda dilanjutkan dengan sharing Professional Experience on Risk Management oleh Ade Slamet Sumantri, anggota Komite Risiko UI, yang berbagi pengalaman tentang manajemen di dunia keuangan dan perbankan. Menurutnya, salah satu penyebab krisis perbankan di Indonesia adalah karena belum adanya risk management. Sedangkan risiko utama di industri meliputi safety, health, environment. Beliau juga memaparkan bahwa kerangka kerja manajemen risiko meliputi identify, measure, manage, monitor, dan report, di mana risiko itu sendiri dibagi menjadi beberapa faktor kategori yang dikenal dengan PESTLE kategori, yaitu Political, Economic, Social, Technological, Environmental, dan Legal factors.
Sesi 3: 17 November 2021
Hari kedua kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dibagi menjadi 2 kelompok pendekatan asesmen risiko, yaitu asesmen risiko secara bottom-up dan asesmen secara top-down. Asesmen secara bottom up dilakukan oleh risk officer dan risk owner pada tingkat unit kerja di UI, sedangkan asesmen dengan pendekatan top down dilakukan oleh Pimpinan dan 4 organ Universitas yang diantaranya dihadiri oleh Sekretaris Universitas, Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset, Majelis Wali Amanat (MWA), Staf Khusus Rektor bidang Regulasi, Dewan Guru Besar, Senat Akademik, Dekan, dan Wakil Dekan Fakultas. Acara ini bertujuan mengidentifikasi 26 risiko yang dimiliki Rektor di tahun 2022. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pandangan profil risiko UI 2022 berdasarkan peta risiko UI tiga tahun sebelumnya yang dijadikan sebagai referensi.
Adapun hasil dari asesmen risiko kontrak kinerja UI tahun 2022, terdapat 310 risiko yang diidentifikasi pada asesmen top-down sedangkan pada asesmen bottom-up diidentifikasi 442 risiko. Selanjutnya dilakukan upaya validasi, sebab ada beberapa risiko yang sama, dan terdapat beberapa risiko yang semestinya masuk ke kategori penyebab. Terdapat 17 asesmen risiko top down yang telah di agregasi sedangkan asesmen risiko bottom up terdapat 18 risiko.
Sesi 4: 18 November 2021
Hari ketiga kegiatan ini diawali dengan Sharing Professional Experience oleh Mirza Adityaswara S.E., M.App.Fin., selaku Anggota Komite Risiko UI. Saat ini, beliau bekerja di Yayasan Bank Indonesia dan membantu pemerintah di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI sebagai tenaga ahli, Komisaris di BRI Danareksa Sekuritas, dan komisaris independen di PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), yang merupakan perusahaan di bidang telekomunikasi.
Menurut beliau, terdapat beberapa risiko yang dihadapi oleh BI, di antaranya risiko dalam mengendalikan inflasi yang menyebabkan valuta asing (valas) bergejolak. Terdapat pula risiko terkait fisik seperti percetakan uang dan memastikan pengangkutan, penyimpanan dan distribusi ke seluruh wilayah Indonesia secara aman.
Sesi sharing Professional Experience dilanjutkan oleh Prof. Dr. Ir. Teuku Yuri M. Zagloel, M.Eng.Sc., selaku Anggota Komite Risiko UI. Menurutnya, risiko terbesar pada bisnis adalah kerugian. Sedangkan untuk universitas, risiko terbesarnya adalah reputasi. Hal ini membuat universitas perlu bekerja keras untuk menjaga reputasinya. Sesi penutupan acara ditutup oleh dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., selaku Sekretaris Universitas dan foto bersama.
Galeri foto